Gawat, SGC Didemo Masyarakat, Warga Tuntut Kembalikan Plasma Transmigrasi

Masa aksi padati Pemkab Lampung Tengah.

Otentikindonesia.com – Gelombang amarah warga kembali memuncak. Ratusan masyarakat dari Desa SP1 (Karya Makmur), SP2 (Terusan Makmur), dan SP3 (Tri Tunggal Jaya) melakukan aksi demonstrasi di depan Kantor Bupati Lampung Tengah.

Mereka menuntut pengembalian lahan plasma transmigrasi yang selama puluhan tahun dikuasai PT Sugar Group Companies (SGC).

Tidak hanya itu, warga juga mendesak Bupati Lampung Tengah, Ardhito Wijaya, agar segera menunaikan janji politiknya untuk mendefinitifkan status administratif tiga desa tersebut, yang hingga kini belum mendapatkan pengakuan resmi sebagai desa definitif.

Suasana aksi memanas saat Ngadiman, tokoh masyarakat dari Desa SP2, menyampaikan orasinya.

“Kita sudah lelah selama hampir 30 tahun dipaksa tunduk dan pasrah pada perselingkuhan antara pemerintah dengan korporat keji yang bernama PT Sugar Group Companies. Sudah saatnya kami bangkit dan menceraikan mereka,”jelasnya pada Jumat, (18/7/2025).

Aksi ini dipelopori oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Malahayati, melalui jalur advokasi yang digerakkan oleh Muhammad Kamal (Presiden Mahasiswa) dan Agung Berlian (Gubernur Fakultas Ekonomi).

Kehadiran mahasiswa di tengah masyarakat menjadi pemicu semangat baru dalam perjuangan menuntut hak yang selama ini terabaikan.

“Indonesia sudah merdeka hampir genap 80 tahun, tapi di Lampung Tengah masih ada tiga desa yang hidup tidak merdeka di bawah jeratan korporat biadab ini!” tegas Agung Berlian dalam orasinya.

Sementara itu, Muhammad Kamal menyuarakan sikap tegas BEM Universitas Malahayati.

“Definitif tiga desa ini adalah harga mati! Tidak ada tawar-menawar. Pemerintah kabupaten wajib membantu kemerdekaan masyarakat SP1, SP2, dan SP3. Selain itu, kita juga menuntut pengembalian lahan plasma yang selama ini dijajah dan dieksploitasi menjadi perkebunan tebu oleh korporat SGC,”ujarnya.

Aksi ini mendapat dukungan luas dari kalangan mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Lampung, termasuk Universitas Lampung (UNILA), UIN Raden Intan Lampung (UIN RIL), dan STKIP PGRI.

Koalisi lintas kampus ini memperkuat solidaritas gerakan rakyat dan mahasiswa dalam melawan ketidakadilan agraria.

Demonstrasi ini disebut-sebut sebagai awal dari gelombang perlawanan yang lebih besar jika tuntutan masyarakat tidak dipenuhi.

Warga menyatakan tidak akan mundur sampai hak atas tanah mereka dikembalikan dan status desa mereka diakui secara resmi.

Aksi Massa pun memberikan ancaman jika dalam waktu dekat tidak ada langkah strategis dan konkrit dari Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dalam jangka waktu 1 bulan mereka yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Peduli Masyarakat Transmigrasi.

Kedepan akan menggelar aksi yang lebih besar di Tugu Adipura dan Bundaran HI Senayan dengan jumlah massa aksi yang lebih besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup