Risyad Fahlevi Dinilai Korbankan Kader dan Organisasi Demi Ambisi Ketua Umum

RF Calon Ketua Umum dalam Kongres GMNI XXII di Bandung. Dok: Ist

Bandung, 26 Juli 2025 — Kongres XXII Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang tengah berlangsung di Kota Bandung telah memasuki hari ke-11. Kongres ini sejatinya menjadi momentum strategis dalam merumuskan arah gerakan dan kepemimpinan GMNI ke depan. Namun, di balik proses yang semestinya demokratis dan substantif, muncul dinamika yang memprihatinkan.

Salah satu bakal calon Ketua Umum yang mengemuka adalah Risyad Fahlevi. Ia didukung oleh sejumlah pihak, termasuk mantan Ketua Umum DPP GMNI Imanuel Cahyadi, DPD GMNI Jawa Barat, serta barisan DPC se-Jawa Barat. Namun demikian, langkah-langkah yang ditempuh oleh tim pemenangannya justru menuai sorotan dan kritik tajam dari sejumlah pihak.

Alih-alih menunjukkan gagasan dan strategi yang elegan, Tim Pemenangan Risyad justru mengalami kekalahan beruntun dalam forum-forum penting kongres, seperti dalam penetapan Pimpinan Sidang Pleno Tetap serta Pimpinan Sidang Komisi. Kekalahan tersebut, disinyalir menjadi latar belakang tindakan penguncian Gedung Merdeka—lokasi utama persidangan kongres—yang kini sudah memasuki hari keempat.

“Penguncian Gedung Merdeka untuk mengulur waktu dan mengganggu jalannya kongres adalah cara-cara lama yang seharusnya sudah ditinggalkan. Tindakan ini justru merugikan organisasi dan menjadikan para delegasi DPC dan DPD sebagai korban,” tegas Amir Mahfut, Ketua DPD GMNI Jawa Timur.

Menurutnya, masih banyak cara bermartabat yang bisa ditempuh dalam proses kontestasi, seperti promosi pemikiran, adu gagasan, dan perdebatan yang sehat.

Pernyataan lebih keras disampaikan oleh Ketua DPD GMNI Lampung, Muhammad Dandi, yang menyayangkan sikap pembiaran oleh Risyad terhadap tindakan timnya.

“Risyad seharusnya tegas melarang tindakan tidak etis dari timnya yang telah berkolaborasi dengan Badan Pekerja Kongres dan Panitia Lokal dalam mengunci ruang sidang. Jika untuk meraih posisi Ketua Umum saja ia rela mengorbankan rekan-rekan kader dan mencederai martabat organisasi, maka Risyad tidak layak menjadi nahkoda baru GMNI,” tegas Dandi.

Kondisi kongres yang stagnan akibat ulah segelintir pihak dinilai menghambat proses regenerasi organisasi. Para kader diharapkan tetap memegang teguh prinsip perjuangan yang berlandaskan semangat Marhaenisme, bukan kepentingan pragmatis sempit yang mengorbankan integritas GMNI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup