Fajar Budiman Soroti Tantangan Ekonomi Digital 2025: UMKM Harus Naik Kelas!

Fajar Budiman. Dok: Ist

Otentikindonesia.com – Perkembangan ekonomi digital di Indonesia terus menunjukkan tren positif, namun juga menyisakan tantangan-tantangan struktural dan sosial.

Dalam wawancara eksklusif dengan media, tokoh muda dan pengamat kebijakan digital, Fajar Budiman, yang akrab disapa Ajay, menyampaikan pandangannya terkait situasi dan prospek ekonomi bisnis digital di tahun 2025.

“Kita tidak bisa lagi memisahkan antara ekonomi dan digitalisasi,” ujar Ajay membuka percakapan. “Tahun 2025 ini adalah titik kritis di mana ekonomi berbasis digital bukan lagi pilihan, tapi sudah menjadi fondasi utama dalam menjalankan bisnis, pemerintahan, bahkan kehidupan sosial kita.”

Ajay menjelaskan bahwa sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu ujung tombak ekonomi digital. Namun, ia menyoroti bahwa masih banyak pelaku UMKM yang kesulitan beradaptasi.

“Produk mereka bagus, kualitasnya bersaing. Tapi saat masuk ke ekosistem digital, banyak yang tersendat karena kurangnya literasi, infrastruktur, dan pendampingan,” jelasnya.

Menurut Ajay, negara tidak boleh tinggal diam. Perlu ada langkah konkret untuk menjembatani kesenjangan digital yang masih terjadi, terutama di daerah-daerah.

“Kita butuh akselerasi digital yang tidak hanya fokus pada kota besar, tapi juga menyentuh desa dan pinggiran. Digitalisasi bukan sekadar urusan teknologi, tapi soal keadilan ekonomi,” tegasnya.

Dominasi platform asing juga menjadi perhatian Ajay.

Ia menilai bahwa tanpa regulasi yang jelas, pelaku lokal bisa tersingkir dari persaingan pasar digital.

“Jika regulasi tidak adaptif dan nasionalisme digital tidak dikuatkan, maka kita hanya akan jadi konsumen besar, bukan produsen besar. Kita butuh kedaulatan data dan keadilan ekosistem,” papar pria yang dikenal aktif di isu kebijakan publik tersebut.

Ketika ditanya mengenai peran anak muda dalam ekonomi digital, Ajay justru memberikan catatan kritis.

Menurutnya, generasi muda saat ini punya peluang luar biasa, tapi juga menghadapi tantangan besar.

“Anak muda sekarang punya daya saing yang kuat, tapi sistem sering kali belum berpihak pada mereka. Inovasi sering terhambat oleh birokrasi dan minimnya insentif. Kita butuh ekosistem yang memberi ruang tumbuh, bukan malah mengekang potensi,” tuturnya.

Menutup wawancara, Ajay menyerukan pentingnya kolaborasi multipihak antara pemerintah, swasta, komunitas, dan dunia pendidikan untuk membangun ekosistem ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.

“Bisnis digital bukan sekadar tren. Ini adalah medan perjuangan baru yang menentukan masa depan ekonomi bangsa. Kita harus hadir, peka, dan siap bertarung di dalamnya,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup