PBHI Wilayah Lampung; Stop Represifitas! Demokrasi Jangan Mati di Bawah Roda Baracuda
otentikindonesia.com — PBHI Wilayah Lampung menyampaikan kecaman keras terhadap tindakan represif aparat kepolisian dalam demonstrasi di Jakarta yang menewaskan dan melukai rakyat. Tragedi seorang driver ojek online yang terlindas kendaraan taktis baracuda adalah bukti paling nyata bahwa negara semakin jauh dari semangat demokrasi dan hak asasi manusia.
Polisi seharusnya menjadi pelindung rakyat, bukan mesin represi. Namun yang terjadi di Jakarta menunjukkan wajah sebaliknya: rakyat dibubarkan dengan gas air mata, dihadang barikade baja, bahkan dikorbankan oleh kendaraan taktis. Ini bukan sekadar “kecelakaan” ini adalah kegagalan sistemik yang mencerminkan mentalitas aparat yang masih melihat rakyat sebagai musuh.
Demonstrasi adalah hak konstitusional, bukan tindak kriminal. Setiap warga berhak menyampaikan pendapat di ruang publik tanpa harus takut ditindas. Ketika protes rakyat dijawab dengan senjata, ketika kritik dibalas dengan intimidasi, maka demokrasi kita telah masuk dalam kondisi darurat. Negara yang menutup telinga dan hanya menunjukkan otot adalah negara yang sedang kehilangan legitimasi moral.
Oleh Karena itu, PBHI Wilayah Lampung mengutuk, mengecam dan menuntut bahwa ;
1. Mendesak Kapolri untuk bertanggung jawab penuh atas tragedi ini, termasuk membuka investigasi independen, transparan, dan menindak tegas aparat yang terbukti represif.
2. Menuntut pemerintah untuk menghentikan pendekatan militeristik dalam mengelola aksi rakyat, dan menggantinya dengan pendekatan dialog serta penghormatan terhadap hak asasi manusia.
3. Menyerukan kepada DPR dan lembaga pengawas untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Polri, agar tragedi serupa tidak kembali terjadi.
4. Mengajak seluruh elemen masyarakat sipil untuk bersolidaritas dan terus mengawal demokrasi agar tidak mati di jalanan oleh kekerasan negara.
Kami menegaskan apa yang terjadi dalam aksi Jakarta adalah bukti bahwa demokrasi sedang dalam bahaya. Jika negara terus mengabaikan suara rakyat dan memilih jalan kekerasan, maka yang hilang bukan hanya nyawa manusia, tetapi juga masa depan demokrasi itu sendiri.
Hentikan represifitas! Hentikan kekerasan terhadap rakyat! Demokrasi milik rakyat, bukan milik kekuasaan.