Ironi Pangkalpinang, Taman Kota Malah Abadi Nama Ratu Belanda
Otentikindonesia.com – Di tengah hiruk-pikuk politik lokal, ada hal kecil namun penting yang luput dari perhatian publik Bangka Belitung.
Pemerintah Kota Pangkalpinang memberi nama sebuah ruang publik di pusat kota dengan sebutan Wihelmina Park.
Nama itu merujuk pada Ratu Belanda Wihelmina, sosok yang dalam sejarah justru menolak kemerdekaan Indonesia.
Pertanyaan pun muncul apakah pejabat publik di Pangkalpinang lupa akan sejarah bangsa ini? Atau memang sengaja membanggakan simbol kolonial yang menyakitkan memori perjuangan?
Jas Merah dan Luka Kolonial
Bung Karno pernah mengingatkan kita untuk tidak melupakan sejarah, JAS MERAH. Dalam catatan sejarah, Ratu Wihelmina dikenal sebagai penguasa yang enggan melepaskan Indonesia karena negeri ini menjadi sumber keuntungan besar bagi Belanda, terutama dari sektor ekonomi.
Mengabadikan namanya pada sebuah taman di pusat kota sama saja dengan merayakan warisan penjajah, alih-alih menghormati para pahlawan bangsa yang berjuang dengan darah dan nyawa untuk merdeka.
Ironi Perjuangan
Bukankah lebih etis jika ruang publik dinamai tokoh-tokoh nasional yang memberi inspirasi perjuangan? Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Jenderal Sudirman, atau para pahlawan lokal yang berkontribusi dalam membebaskan bangsa dari cengkeraman kolonial.
Memberi nama taman kota dengan nama tokoh penjajah sama saja menutup mata terhadap pengorbanan mereka.
Kritik dan Harapan
Sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bangka Belitung, saya melihat penamaan Wihelmina Park bukan sekadar persoalan nama, melainkan cermin dari kesadaran sejarah yang kian memudar.
Ini adalah bentuk kritik sosial kami sekaligus kontrol terhadap arah pembangunan daerah.
Kami berharap pemerintah segera mengganti nama taman itu dengan nama tokoh yang lebih layak dan relevan dengan semangat bangsa merdeka.
Menghormati pahlawan sendiri jauh lebih bermartabat daripada memuliakan nama mereka yang pernah menjajah kita.
Kadang hal kecil sering dianggap sepele, padahal justru menjadi simbol besar tentang siapa yang kita pilih untuk dikenang.
Pemulis Marwan adalah Kader HMI Cabang Bangka Belitung.